Latest Post

Tepatkah Belajar Calistung di Usia Balita ?

Written By indra on Sabtu, 07 April 2012 | 03.21



Pernahkah anda melihat iklan tentang pendidikan usia dini yang dengan bangganya mengajarkan Calistung bagi Balita anda ?. Janji dan embel-embel bahwa Balita kita dapat membaca dan berhitung, orang tua mana yang tidak tertarik, bukankah demikian?

Biaya yang tinggi seolah membenarkan hal tersebut, bahkan beberapa sekolah PAUD latah memasukkannya sebagai salah satu program unggulan di tempatnya. Tapi tunggu dulu, silahkan simak artikel yang di muat di Republika Online ini, alih-alih anak kita hebat, justru dapat terkena Mental Hetic pada Usia SD.

Anak usia di bawah lima tahun (balita) sebaiknya tak buru-buru diajarkan baca tulis dan hitung (calistung). Jika dipaksa calistung si anak akan terkena 'Mental Hectic'.

''Penyakit itu akan merasuki anak tersebut di saat kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar (SD). Oleh karena itu jangan bangga bagi Anda atau siapa saja yang memiliki anak usia dua atau tiga tahun sudah bisa membaca dan menulis,'' ujar Sudjarwo, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PNFI Kemendiknas, Sabtu (17/7).

Oleh karena itu, kata Sudjarwo, pengajaran PAUD akan dikembalikan pada 'qitah'-nya. Kemendiknas mendorong orang tua untuk menjadi konsumen cerdas, terutama dengan memilih sekolah PAUD yang tidak mengajarkan calistung.

Saat ini banyak orang tua yang terjebak saat memilih sekolah PAUD. Orangtua menganggap sekolah PAUD yang biayanya mahal, fasilitas mewah, dan mengajarkan calistung merupakan sekolah yang baik. ''Padahal tidak begitu, apalagi orang tua memilih sekolah PAUD yang bisa mengajarkan calistung, itu keliru,''  jelas Sudjarwo.

Sekolah PAUD yang bagus justru sekolah yang memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, tanpa membebaninya dengan beban akademik, termasuk calistung.  Dampak memberikan pelajaran calistung pada anak PAUD, menurut Sudjarwo, akan berbahaya bagi anak itu sendiri. ''Bahaya untuk konsumen pendidikan, yaitu anak, terutama dari sisi mental,'' cetusnya.

Memberikan pelajaran calistung pada anak, menurut Sudjarwo, dapat menghambat pertumbuhan kecerdasan mental. ''Jadi tidak main-main itu, ada namanya 'mental hectic', anak bisa menjadi pemberontak,'' tegas dia.
Kesalahan ini sering dilakukan oleh orang tua, yang seringkali bangga jika lulus TK anaknya sudah dapat calistung. Untuk itu, Sudjarwo mengatakan, Kemendiknas sedang gencar mensosialisasikan agar PAUD kembali pada fitrahnya. Sedangkan produk payung hukumnya sudah ada, yakni SK Mendiknas No 58/2009. ''SK nya sudah keluar, jadi jangan sembarangan memberikan pelajaran calistung,'' jelasnya.

Sosialisasi tersebut, kata Sudjarwo, telah dilakukan melalui berbagai pertemuan di tingkat kabupaten dan provinsi.  Maka Sudjarwo sangat berharap pemerintah daerah dapat menindaklanjuti komitmen pusat untuk mengembalikan PAUD pada jalurnya. ''Paling penting pemda dapat melakukan tindak lanjutnya,'' jawab dia.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Srie Agustina, Koordinator Komisi Edukasi dan Komunikasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), menyatakan, memilih mensosialisasikan produk pendidikan  merupakan bagian dari fungsi dan tugas BPKN untuk melakukan perlindungan terhadap konsumen. 

Dalam hal ini, kata Srie, BPKN memprioritaskan sosialisasi pada anak usia dini. Sebab berdasarkan Konvensi Hak Anak, setiap anak memiliki empat hak dasar.  Salah satunya adalah hak untuk mendapatkan perlindungan dalam kerugian dari barang dan produk, termasuk produk pendidikan. ''Untuk itu sejak dini anak dilibatkan, karena di usia itulah pembentukan karakter terjadi,'' papar Srie.

Namun menurut Srie, mengedukasi tentang sebuah produk harus menggunakan metode khusus.  Tidak dapat berwujud arahan dan larangan, namun dengan cara yang menyenangkan, salah satunya dengan festival mewarnai sebagai salah satu teknik untuk memberikan edukasi. ''Dengan mewarnai, mereka bisa terlibat dan merasa lebur di dalamnya, selain itu dalam gambar yang diwarnai tersebut disisipkan pesan-pesan yang ingin disampaikan,'' pungkasnya. (republika.co.id)

Rumah Sains Ilma


 
Senang sekali bisa menemukan web ini, saat pertama kali membukanya, subhanallah, ada banyak sekali percobaan-percobaan sains yang dapat di aplikasikan. Ada berbagai percobaan sederhana sampai yang rumit, yang semuanya bisa diaplikasikan. Mulai dari tubuh manusia sampai percobaan tentang bumi atau astronomi.

Mengutip dari release resmi web Ilna ini, di jelaskan bahwa Ini adalah situs alternatif dari rumah sains ilma. Saat ini situs resmi ilma di http://www.cakrawala-ilma.com dalam keadaan tidak terkelola dengan baik. Hampir semua laman tidak dapat dibuka. Kami sudah mencoba menghubungi web designer yang dulu membuat, tak juga berhasil. Jadi, kami menawarkan kerjasama kepada sesiapa saja yang ahli merancang web untuk membuat web baru untuk ilma dengan kelengkapan fitur yang melebihi fitur situs alternatifnya. Kepada yang berminat mohon hubungi bang Muzi di bang_muzi@yahoo.com.au

Web ini dapat di kunjungi dengan alamat : http://rumahsainsilma.wordpress.com

dan secara resmi Rumah Sains ilma beralamat di Jalan TPU Parakan No 148 Pamulang – Tangerang Selatan
Phone : 021-32042545,02174631039

Tentang Griya Qur'an


 
Saat perkembangan usia dini anak-anak kami, kami memilih Home Schooling. Setiap fase tumbuh kembang anak-anak kami berusaha membersamainya. Kemudian saat tahun 2011 kami berpindah tempat tinggal, masih sebagai kontraktor (baca : ngontrak :) ).

Kami saat ini tinggal disebuah pinggiran kampung, tepatnya di daerah Pabuwaran Kecamatan Purwokerto Utara, sebelah utara kampus UNSOED (Universitas Jenderal Soedirman). Untuk memasuki kampung kami, tepatnya di Rt 1 Rw 6 Kelurahan Pabuwaran, harus memasuki gang yang hanya cukup di kendarai sepeda motor, tidak cukup untuk di lalui mobil. Saat memasuki daerah kami, akan disambut gemericik air yang berasal dari kali / sungai kecil. Dipinggiran jalan, juga terdapat saluran air kecil yang kadang maaf, dipakai untuk melakukan kegiatan mencuci piring sampai buang air.

Saat pertama memasuki kampung, kami sedikit menghela nafas, kondisi masyarakat yang mayoritas pekerja serabutan dan PRT membuat kami berfikir untuk melakukan sesuatu. Akhirnya kami putuskan untuk membuat Taman Bacaan terintegrasi dengan TPQ (Taman Pendidikan Qur'an) di pertengahan tahun 2011. Bersyukur karena anak-anak tertarik, dengan persediaan buku-buku kami yang masih sangat terbatas maka jadilah taman bacaan dan TPQ ini, kemudian kami beri nama TPQ "Griya Qur'an".

Seiring berjalannya waktu, anak-anak kami juga mulai tumbuh besar, Faza anak pertama kami berusia 3 tahun dan Kholid anak kedua kami berusia 2 tahun, saat itu kami memang melakukan Home Schooling bagi anak-anak kami, pilihan yang kami rasa paling ideal bagi anak-anak kami.

Kemudian, di awal tahun 2012, tepatnya bulan Januari, kami memutuskan untuk membuka Home Schooling juga buat anak-anak tetangga, alternatif pendidikan Gratis yang berkualitas bagi mereka. Awalnya hanya tiga orang yang tertarik bergabung, Tiwi, Devi dan Rahma. Kemudian anak-anak lain mulai bergabung.

Kami berfikir sederhana, home schooling ini menjadi sarana efektif untuk pembentukan karakter, dan akhirnya anak-anak usia SD yang ikut di TPQ kita sinergiskan dengan menjadikan TPQ Griya Qur'an juga sebagai sarana Home Schooling mereka.

Anak-anak ini mempunyai mimpi, keterbatasan orang tua mereka jangan sampai menjadikan mereka kehilangan mimpi. Saat ini kepercayaan terhadap Home Schooling ini semakin besar, beberapa orang tua yang tergolong mampu, juga mengikutkan anaknya di sini. Tantangan kami berikutnya adalah agar Home Schooling ini tetap gratis, namun juga tetap berkualitas.

Saat ini pembiayaan masih murni dana pribadi, alhamdulillah beberapa teman kemudian juga menyumbangkan buku-buku dan beberapa dana untuk kebutuhan pengembangan Home Schooling. Kami membuka diri untuk donasi baik berupa buku atau alat-alat permainan edukatif, maupun dana yang dapat kami gunakan untuk pengembangan.

Kebutuhan relawan nampaknya juga harus segera kami penuhi, beberapa adik kelas di kampus mulai menyanggupi untuk membantu, selama ini masih kami sendiri yang mengelolanya. 

Mohon doa dan dukungannya...kita semua semoga menjadi bagian dalam membersamai mewujudkan mimpi-mimpi terbaik anak bangsa ini.

Salam kami, Indra dan Triprastyanti


Purwokerto 07 April 2012

Episode sawah

Written By indra on Kamis, 21 Juli 2011 | 20.31




Menyusuri pematang sawah, kemudian tanpa ragu menyemplungkan diri ke saluran air..umminya jadi harus lebih sporty n hati-hati kalau nda bisa ikut tercebur.

Kali ini kami menamainya episode sawah...dikaki gunung slamet, biarlah anak-anak merasakan hembusan angin, meresapnya air dipori-pori kulit dan mencium aroma lumpur sambil mengejar sang capung..episode sawah kali ini baru merasakan..belum ikut menanam...



Kami Memilih Home Schooling



Bulan ini (Mei 2011), tidak terasa anak kami yang pertama berusia 3 tahun..masa-masa golden age, masa-masa menanamkan harapan, mimpi-mimpi dan optimisme. Beberapa pekan yang lalu kami sudah mendaftar di salah satu Play Group..saat hendak melakukakan pendaftaran ulang dan pengukuran badan untuk seragam..saya dan istri rapat :) seperti biasa setiap akan ada keputusan penting kami berdiskusi, apalagi ini terkait pendidikan anak kami.

Hasilnya, kami memilih untuk mundur dari Play Group, kami memilih alternatif untuk melakukan Home Schooling di rumah. Budget yang tadinya digunakan untuk biaya bila masuk ke PG kami gunakan untuk melengkapi kebutuhan Home Schooling.

Selama ini banyak yang salah kaprah terhadap Home Schooling, seolah home schooling hanya mengganti ruang yang di sekolah di pindah ke rumah dengan metode yang sama, seperti pengajaran di sekolah yang dibatasi dengan waktu.

Home Schooling adalah belajar 24 jam dirumah dan semua lingkungan yang dapat menumbuh kembangkan dan menstimulus kemampuan anak kami, kami akan terus mengevaluasi dan mengobservasi sampai sejauh mana efektifitasnya. Dengan alat ukur yang jelas. Kami ingin belajar bersama anak kami, membersamai kemudian secara bersama menumbuhkan. Bukan hanya sekedar belajar untuk meraih nilai, tapi kami ingin anak kami belajar sesuatu yang membuatnya mampu bertahan hidup sekaligus berkontribusi besar bagi kehidupan peradaban ini.

Ada saat kita akan belajar berwudhu kemudian melangkahkan kaki bersama ke masjid mendekatkan dengan Al Qur'an, kemudian akan ada banyak eksperimen yang akan kita lakukan..memlihara ikan, kelinci atau ayam kemudian mengamati sekaligus menyayanginya. Berkubang beceknya tanah untuk menanam tomat, atau berselimut jaket melihat p tani menanam kubis diketinggian. Kami akan berkemah bersama kemudian menuliskan pengalaman kami di blog..berbagi inspirasi dengan yang lain. Tekadang kita juga akan berkunjung tidak hanya ke pemadam kebakaran, tapi kita akan mengunjungi mereka para eksekutif sampai pedagang kelontong di pasar..menumbuhkan mental wirausaha sedari kecil.

Benarkah kita tidak membutuhkan institusi formal? tidak sepenuhnya benar, institusi pendidikan formal yang ada bukanlah inti dari yang kita inginkan, tapi hanya sebagai pelengkap aktivitas, kalau boleh memilih ketika usia sd kami memilih sekolah alam sebagai pilihan intitusi formal, tapi itupun sekali lagi hanya pelengkap..kami ingin terus membersamai anak-anak kami.semuanya memang butuh proses dan kami dengan senang hati akan terus belajar-dan belajar, magang dan belajar pada orang maupun institusi akan kami lakukan.

Saya yakin  akan ada banyak cerita untuk dibagi....doakan kami ya :)

(Malam ini dua pria ini terlelap dalam mimpinya, kelelahan setelah hari ini ikut di acara pengobatan masyarakat, main hujan-hujanan, nonton VCD Diva bermain bersama huruf hjaiyah..oh ya anak kenalkan anak pertama kami bernama Muhammad Faza Al Banna, anak kedua kami bernama Kholid Abdul Fattah..
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Home Schooling Griya Qur'an - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger